PEJUANG AMPLOP COKLAT

Oleh: Sang Bayang

Bangun Pagi,. Duuh susaah..
Entah,. Sudah berapa kali shubuhku ku lakoni dengan mengqlo’nya. Seperti pagi ini, meski sudah ada janji dengan teman kecilku dlu, meski sekarang sudah tidak begitu sama-sama kecil, tapi.. Kita tetap terlihat kecil ketika berada di antara orang-orang gemuk.

Okey.. Kisah kita hari ini yaitu mengenai seorang pemuda, yang merasakan betapa sulitnya mencari pekerjaan. Membuat surat lamaran pekerjaan, memfotokopi berkas-betkas, memasukkan ke amplop. Tidak hanya satu buah lamaran yang dibuat, karena faktanya, semakin lama kamu menganggur semakin banyak pula lamaran pekerjaan yang akan kamu buat.

Naah,. Sebut saja pemuda ini namanya Jodi. Jodi itu merupakan pemuda pengangguran pemula, belum siap sama sekali untuk menganggur, bayangkan saja. Tamatan SMA tahun 2010, dia melamar pekerjaan dan kerennya lagi dia langsung diterima, tidak berapa lama ketika ingin pindah kerja, cukup dengan satu berkas lamaran pekerjaan dia buat, kebetulan saat itu aku diajaknya ikut melamar pekerjaan.

Tepat pukul 07.00 Wib dia datang kerumahku. Apa dayaku. Jam segitu akupun masih mimpi indah. Kuijinkan dia (Jodi) menungguku mandi. t
Tepat jam 07.30 Wib kita berangkat mencari pekerjaan.

Karena sebelumnya sudah ada rundingan antara aku dan Jodi, kita sepakati melamar kerja ditempat kerja kakaknya Jodi. Yaitu disebuah pabrik yang bergerak dibidang Spring Bed.
Tak disangka, tak dinyana, kita beranikan masuk menumpuk lamaran diatas tumpukan-tumpukan lamaran yang sudah tertumpuk sebelumnya.
Sebelum kita mau pulang, tiba-tiba ada satpam yang menghampiri kita. Katanya disuruh nunggu sebentar, karena akan langsung diinterview. Sumpaah... Seneng-seneng sedih.

Senengnya karena nggak butuh waktu lama untuk mengetahui hasilnya, sedihnya waktu itu gue belum persiapan sama sekali, rambut masih panjaang, kuku tidak kalah panjang dengan rambut, berbonus hitam khas kotoran kuku. Kacau pokoknya. Berbeda dengan Jodi yang sudah sangat rapi dan siap kerja tentunya.

20 MENIT KEMUDIAN
Pak satpam mengkabari..

“Mas, ini tadi saya ditelpon kabag personalia, katanya disuruh keruangannya sekarang.” Kabar satpam kepada kami.

“Oh.. Oke, siapa paak.. Tapi ruangannya yang mana paak?” jawab Jodi penuh semangat.

“Dari sini, (post satpam maksudny) Lurus, nanti ada pertigaan nganan, setelah itu lurus nah nanti ada ruangan yang ada tulisan Ruang Interview” terang pak satpam.

“Njih pak, matur suwun, permisi sekalian njih paak” pamit kami kepada mereka.

Benar saja,. Kita ikuti arahan pak satpam. Sesampai dilokasi yang dimaksud, ternyata sudah ada satu orang yang ternyata juga terpanggil untuk diinterview. Biasa. Langsung saja kita SKSD (Sok Kenal Sok Dekat). Hehe.. Harapannya sih, biar bisa dapet bocoran waktu didalam ruangan itu, pas diinterview ditanyai apa saja. Belum sempat bertanya eh,. Udah dipanggil aja nama kita, tentu yang pertama dipanggil nama Jodi.

Masuklaah Jodi keruangan interview..
Nunggu.. Nunggu.. Lama..  Lamaaa sekali..

20 MENIT KEMUDIAN
keluar Jodi.

Nah, giliran gue nih.
Grogi banget waktu masuk kedalam, sambil penasaran juga, bakal ditanya apaan nanti, kudu jawab bagaimana, maklum pengalaman interview pertama
Hee

Masuk ruangan, langsung heran gue. Karena orang yang nginterview langsung tahu nama gue,.

“Mas Isan ya?”

“Iya Pak”

"Sudah pernah bekerja?"

"Belum pak"

"Nggak nglanjutun kuliah mas?"

"Emm.. Sebenarnya ini saya dalam rangka liburan kuliah pak, lumayan libur dua bulan." Jawabku polos seperti diajak ngobrol

"Wah, semester berapa?" Lanjut pertanyaan basa-basi oleh Bapak tersebut.

"Jalan mau ke semester tiga pak"

"Waduh,. Gini mas Isan, ini kan pekerjaan yang bukan freelance, jadi nanti kalau udah nggak liburan. Mas Isan mau berhenti bekerja begitu?" Jelasnya

"E.. Emm.. I.. Iya Pak" Jawabku terbata-bata dan dengan sangat ragu-ragu.

"Oke,. Lha ini mas Isan kuliah dimana?"

"Di IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Walisongo Semarang pak" Jelasku, yang kini kampusku tersebut sudah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Walisongo.

"Bisa ngaji berarti, Al Qur'an"

"InsyaAllah bisa pak" Jawabku tegas

"Yaudah, begini saja ma Isan, ini sudah pasti pabrik belum bisa menerima karyawan yang masih kuliah, bagaimana kalau mas Isan ngajari anak saya ngaji gimana? Rumahnya mas Isan mana?" Tutur bapak bapak tersebut yang menjelaskan juga bahwa aku belum diterima kerja tetapi ada tawaran yang diberikan kepadaku.

"Iya pak, makasih. Rumah saya Mranggen pak" Jawabku yang sudah tidak sesemanagat seperti diawal-awal jawabanku tadi.

"Baik, kalau dari Mranggen ke Kedung mundu tahu mas?"

"Kedung mundunya mana Pak?" gantian ku bertanyaku basa-basi

"Tahu Rs. Ketileng? (salah satu Rumah sakit daerah di Semarang, yang kini juga telah berganti nama, entah apa namanya akupun juga belum hafal) nanti lurus terus, setelah itu akan ada gang, nah nanti masuk gang yang ada tulisannya Kedumg Mundu, kalau sudah sampai di gang cari rumah ke-empat dari kanan Jalan, Istri saya di rumah, ini sekalian saya kasih nomer saya biar bisa komumikasi saat sudah dilokasi" Jelas panjang-lebar sambil menggambar petunjuk lokasi diatas kertas Note yang memang selalu tersedia di atas meja bapak tersebut"

"Kira-kira nanti Metode apa yang akan digunakan Mas, ini anak saya masih kelas dua SD (sekolah Dasar)?" tanyanya semakin antusias.

"Untuk metode, saya biasa gunakan metode Ikhlas pak." Jawabku alakadarnya.

"Maksudnya mas?" tanyanya penasaran.

"Ya ikhlas saja pak, biar apa yang nanti diajarkan lebih mudah diterima anak-anak, kalau mau pakai Qiro'ati, atau Yanbu'a atau Tahsin Juga monggo" Jawabku sembari memberikan alternatif metode yang diinginkan.

"Oke, nanti jika jadi, bisa langsung ke Rumah ya Mas, oh iya biasanya bisyarohnya berapa Mas? Tanyanya terkait bayaran yang akan dikenakan kelihatannya.

"Untuk masalah itu jangan saja pak, sembari jalan saja tidak apa-apa"

"Ya jangan gitu mas, gini saja perjalanan dari Mranggen ke rumah saya nanti habis berapa nah itu sebagai uang ganti bensin saja gimana?" Jawabnya memberi alternatif solusi atas kesungkananku menyebutkan nominal intuk mengajar ngaji anaknya.

"Dari Mranggen ke Kedungmundu Rp. 5000 cukup pak (kebetulan saat itu seingatku untuk 1 liter premiun di SPBU adalah seharga Rp
4.500)" Jawabku sejujur mungkin.

"Haha,. Yo jangan mas, yaudah gitu saja ya mas, nomer saya ini jangan lupa dicatat"

"Baik pak" jawabku sambil mengeluarkan Hp di saku celana.

"Sampun pak, matursuwun" kalimat basa-basiku sambil berharap obrolan ini segera berakhir.

"Oke mas, saya tunggu ya. Makasih juga"

"Sama-sama pak" Jawabku sambil menjawab tangan Bapak tersebut sebelum sampai akhirnya aku keluar ruangan interview.

Keluar ruangan, masih ada Jodi yang menungguku.

"Pie san Interviwne?" tanyanya penasaran

"Duh, ditolak aku, lha kwe pie?" jawabku

"Aku, kon nunggu dihubungi manih, maksimal seminggu" jelasnya

"Wih, mayan to. Aku ditolak mergo konangan jeh kuliah. Aku malah kon ngajar ngaji anak.e pie jal?" Jawabku alakadarnya

"Wis disyukuri Wae, balik yok selek panas mengko" Ajakan pulang oleh Jodi

"Ayook" jawabku singkat

Menujulah kita ke Parkiran motor, dan ketemu lagi sama duo satpan diawal kita masuk pabrik tempat kita melamar pekerjaan. Sambil menganggukkan kepala tanda pamit kita kepada pak duo satpam. Lambaiam tangan dari mereka seakan menjadi tanpa diterimanya salam pamitan dari kami.

Sepanjang perjalanan terus kupikirnkan dan kudiskusikan dengan Jodi terkait perbedaan hasil interview kami. Sampai akhirnya kita berkesimpulan kalau interview lamaran pekerjaan merupakan ajang adu kebohongan (pinter-pinteran ndobol/ngapusi). Bagaiamana tidak, aku ketahuan kuliah dan hasilnya aku ditolak dari dibekerjakan. Seakan menyesali kebelum piawaianku dalam berbohong dan menerka-nerka. Andaikan saja tadi dijawab tidak kuliah. Ada lemungkinan aku akan ada harapan seperti jodi yang dijanjikan akan dihubungi kembali dalam waktu satu minggu kedepan.

7 HARI KEMUDIAN
Jodi. Akhirnya diterima bekerja dipabrik yang kita tuju waktu itu.

Aku. Akhirnya memutuskan untuk tidak menerima tawaran mengajar ngaji dari Bapak pengintirview.

Amplop coklat. Akhirnya masih menjadi tokoh utama dalam hidupku

PEJUANG AMPLOP COKLAT. TAMAT
07 November 2017
#Cerpen
#AngkringanKata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamis, 29 Maret 2018. JAMUNA. MBAH MUNIF ZUHRI. Girikusumo. Mranggen. Demak.

KISAH NYATA: BANG TATTO. Dikisahkan oleh Mbah Munif Zuhri Girikusumo

Kamis. 1 Februari 2018. JAMUNA. Girikusumo. Mranggen. Demak. Mbah Munif Zuhri.