Postingan

Menampilkan postingan dengan label ADU PUISI

PUISI: SYAIR IBU Karya: Arta Midayah (@arta_midayah)

SYAIR IBU Karya: Arta Midayah (@arta_midayah) Kulihat air mengalir jernih Menelusuri telaga Terus mengalir mengikuti arus takdirnya Belum berujung perjalanan yang ditempuh Air jernih menyejukkan Pada langkah awal yang berkesan Bila dipandang menyejutkan mata Dihirup udara segar Terpercik wewangian surga Betah dalam dekapan Tak  ingin kaki beranjak pergi Merindukanmu selalu Pada bait-bait doa yg kulantunkan Terimakasih anakku... Dia yang dulunya jernih Mulai keruh melewati lumpur Kemana lagi hendak mencari Celah jalan mata air jernih Bagaimana cara hendak kutunjukkan jalan Sedang hanya satu jalan terbaik Namun mata enggan menatap kesana Lalu aku... Biarlah aku berdiam diri Menyeka air mataku sendiri Di atas liku perjalanan menuju Jannah~

PUISI: REDUPNYA CAHAYA WAJAH

REDUPNYA CAHAYA WAJAH Oleh: Sang Bayang Seberapa redup cahaya wajahmu.. Seberapa sering Wudlumu.. Seberapa sabar sujudmu.. Seberapa ikhlas senyummu.. Kini, cahaya wajah-wajah mulai redup.. Tatkala maksiat menjadi teman hidup.. Berbuat dosa tak lagi gugup.. Auratku pun tak lagi tertutup.. Oh.. Cahaya wajahku yang dulu.. Bak sinar yang lebih dari lampu.. Indah dipandang oleh hati-hati yang pilu.. Terpancar terang tanda penuntut ilmu.. Oh.. Cahaya wajahku yang dulu.. Menjadi sumber senyum dari mata-mata yang memandangmu.. Menjadi pengingat akan penciptamu.. Cahaya Wajahku kini termakan waktu.. Wajahku tak lagi syahdu.. Sholatku tak lagi tepat waktu.. Hatiku sekeras batu.. Akhlakku kian tak tentu.. ____ D e m a K, 12.12.17 ~ Sang Bayang ~

KEMBALIKANLAH RASA ITU

Oleh: Sang Bayang KEMBALIKANLAH RASA ITU Oleh: Sang Bayang Pernah ada rasa cinta Antara kita… Kala itu usiaku baru delapan tahun sejak kelahiranku Usia yang masih muda untuk mengenal cinta Masih ingat saat itu Ku buka pintu Yang berganjal bambu Sebagai gembok rumahku Pagi-pagi sekali aku buru-buru Takut kalau nanti-nanti tidak bertemu Tepat jam empat shubuh Aku merapat, dan mendekat ditempat biasa kita temu Dingin tidak menjadikan rasa ingin bertemu hilang Kantuk tidak ku rasakan Takut tidak ku kenal Gelap, kau pernah ajarkan membuat obor sebagai penerang Kembalikanlah rasa itu Rasa akan takut tidak jumpa denganmu Rasa bahagia yang ku ekspresikan dengan senyumku Cintaku padamu begitu menggebu Kembalikanlah rasa itu Rasa semangat saat berkomunikasi denganmu Rasa yang seakan diri ini kau awasi selalu Cintaku padamu begitu menggebu Kembalikanlah rasa itu Rasa selalu percaya padamu Rasa yang tidak ingin selalu jauh padamu Cintaku begitu menggebu Kucoba b...

KUMPULAN (adu) PUISI (1)

Gambar
~BY: GERAKAN LITERASI~ ( [4/11 07.09] Aida Mudjib GL: ) AMPAS oleh: Aida Mudjib Kau belum tiba ketika dini berganti pagi Dan disisiku hanya tinggal ampas kopi Kopi hitam, sama seperti sembilan bulan lalu di tepi Nil Saat k a u tenggelamkan rindu mengikuti arus air Dua sachet gula kutambahkan Putih dan merah menghitam Sendok berdenting mengikuti kenangku Yang kuaduk berputar-putar gelisah Dini sudah berganti pagi Lima jam jarak antara tidurmu dan selamat pagiku Dekat, bagaikan ampas dan cangkir kopi Seperti malam itu di tepi Nil kau menunggu di depan pintu kubiarkan kopiku tak tersentuh Aku meneguk rinduku Tandas hingga tinggal ampas Jombang, 11042017 ______________________________ ([4/11 09.07] M Nanda Kusuma GL: ) AMPAS KOPI DAN KERINDUA oleh: M Nanda Kusuma Fajar yang indah tlah merekah.. Jauh di ufuk timur memerona indah.. Matahari pub tlah menunjukkan sinar indahnya.. Segelas kopi menemaniku bersma kelezatannya.. Kawan, ini bukan kopi biasa.. Kala amp...