Jangan panggil aku "Akhy/Ukhty"

Oleh: Sang Bayang
___________

Akhy, Ukhty. Akhir-akhir ini begitu familiar terdengar ditelingaku. Mulai dari teman yang chat dibeberapa media sosial, maupun sapaan teman lama yang kebetulan berjumpa dibeberpa acara yang kebetulan sama-sama kita hadiri.

"Hallo Akhi" sapanya kepadaku.
"Maaf, nama saya Iksan. Bukan Akhi" balasku.
"Lho, saya panggil Akhy saja ya. Anda kan lebih tua dibanding saya" balasnya.

Sejak awal, aku memang tidak suka (bukan dalam artian membenci) dengan sapaan "Akhy dan Ukty".
Bukan karena aku tidak mengerti bahwa itu bahasa Arab. Ya, aku mengerti dan aku faham betul. Tetapi, bisakah panggilan tersebut disesuaikan dengan budaya Indonesia?.
Indonesia dengan Arab sangat berbeda dalam hal budaya. Biarkan Arab dengan budayanya dan Indonesia dengan budaya Indonesia.

Sejak kecil, orangtuaku mengajarkan kepadaku memanggil seseorang yang lebih tua dengan sapaan "Kang, Mbak, Mas, Kak" tidak dengan "Akhy Ukhty". Guru ngajiku juga mengajarkan seperti itu, bahkan banyak Kyai yang menyapa para santrinya dengan sebutan "Mbak, Mas, Kang, Le, Yu dan lain sebagainya" karena itulah budaya sapa ala Indonesia yang perlu kita lestarikan. Karena ini di negara Indonesia bukan di negara Arab.

"Akhy, maafkan saya" orang itu kembali mengirimkan pesan whatsappnya kepadaku.

"Sudahlah, tolong jangan panggil saya Akhy, mas. Saya lebih suka dipanggil Mas, Bro, Lek, Kang, Kak atau jika memang umur saya lebih muda dibanding anda, maka panggilah saya dek atau cukup nama saya saja. Bukan Akhy. Ini Indonesia bukan Arab" jelasku kepadanya.

"Tapi Akhy, sudah tiga tahun ini saya bekerja di Arab Saudi. Kami terbiasa memanggil saudara kami dengan sapaan "Akhy dan Ukhty" katanya.

"Mohon disesuaikan antara adat orang Indonesia dengan Arab. Jangan karena kamu terlalu lama berada di Arab kemudian pulangmu mengubah budaya Indonesia menjadi budaya Arab. Itu tidak akan bisa sesuai. Indonesia ini negara yang beragam budaya. Jika kamu hendak mengubah budaya Indonesia dengan budaya Arab saudi, itu tidak akan sesuai. Sekali lagi, karena Indonesia adalah negara yang beragam kebudayaan". coba balasku memberi penjelasan.

"Jika memang kamu berasal dari Indonesia, maka cintailah budaya asli Indonesia. Karena itu warisan nenek moyangmu terdahulu. Jangan karena kamu terlalu lama berada dan berbaur dengan budaya di negara tetangga, hingga lupa dengan budaya negara sendiri. Jangan sampai kamu "mengkhianati" negaramu sendiri. Jika kamu tahu dikhianati itu sakit, maka jangan sekali kali kamu berkhianat, apalagi dengan negaramu sendiri". tambahku coba memberi pengertian lebih lanjut sembari berharap bahwa aku sangat cinta budaya Indonesia.

Aku memang sering mendapat broadcast darinya sedikit mengenai budaya Arab. Terkadang aku bosan dan memakinya.

"Kamu bangga dengan orang lain, tetapi tidak bangga dengan dirimu sendiri?" Artinya, dia mencintai budaya luar namun lupa, bahkan tidak perduli terhadap budaya sendiri. Itu adalah bentuk pengkhianatan besar terhadap negara ini.

Bagaimana tidak dikata berkhianat? Seseorang dilahirkan di Indonesia, makan dan minum dari hasil alam Indonesia, menghirup udara Indonesia, menempuh pendidikan di Indonesia, menginjak bumi Indonesia. Namun sejak berpindah negara, baru beberapa tahun saja dia lupa akan sejarah, budaya, dan keberagaman asli Indoensia. Sehingga dengan beraninya dia ingin mengganti budaya khas Indonesia.

"Akhy" sapanya merajukku untuk membalas chat Whatsappnya
"Jangan panggil aku "Akhy" Balasku.

Sejak saat itu, dia memanggilku dengan sapaan "Mas" dan perlahan aku bantu dia untuk mengembalikan kembali keutuhan jati dirinya sebagai Warga Negara Indonesia.

Marilah bersama kita jaga serta lestarikan budaya asli Indonesia walaupun itu hanya budaya sepele seperti sapaan "Mas, Mbak". Sebab, itulah ciri khas orang Indonesia.

*****

Dan ternyata hal serupa tersebut tidak hanya saya alami, beberapa dari orang-orang yang saya amati juga ada pengalaman serupa. Punya teman yang kebetulan menjadi TKI atau kebetulan belajar di Timur Tengah, ketika menyapa berubah menjadi "Assalamu'alaikum Akhy, Assalamu'alaikum Ukhty, Apa kabar Akhy, Gimana sehat Ukhty?, dan lain sebagaianya.

Masih agak mending kelihatannya jika yang berada diluar terbawa akan budaya luar juga, tapi kalau ini yang belum pernah berada diluar (Arab Saudi, Al Azhar, Mesir, ataupun Timur Tengah lah, dsb) tapi sudah ikut-ikutan budaya luar dengan ikut mengganti sapaan dari" Mas menjadi Ahy", dari "Mbak menjadi Ukhty". Terdengar sangat lucu dan bisa dikatakan sudah luntur budaya asli dan rasa memiliki Indonesia yang sudah sepatutnya kita jaga dan lestarikan.
Dari kata "Maaf, ngapunten, ngapuro menjadi Afwan", duh rasanya begitu sangat disayangkan sekali.

*****
Namun, apabila kita melihat lebih jauh realita yang terjadi saat ini khusunya kaum pemuda dan pemudi Indonesia, justru kebanyak mereka merasa acuh tak acuh terhadap budaya Indonesia.

Entah, apa yang mereka pikirkan:
Apa iya dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah cukup dengan berbahasa Arab yang sepenggal-sepenggal (Akhy, Ukhty, Afwan) tersebut?

Apa iya dengan alasan menjaga aurat dan menjaga keimanan kepada Allah cukup dengan menutup aurat sampai bercadar tersebut?

Apa iya dengan alasan menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dosa kecil cukup dengan tidak bersalaman antar lawan jenis tersebut?

INI INDONESIA KAWAN,
Tidak cukupkah dari banyaknya budaya Indonesia yang kita miliki, untukmu kau jadikan pilihan walaupun itu hanya satu saja.
oke, jika memang Indonesia terlalu luas bagimu, ya kurang luas apa Indonesia, ada 17.000 Pulau di Indonesia. terdiri dari banyak provinsi, menyusut lagi menjadi Kota atau Kabupaten. Tentu ada di antara kita menjadi bagian dari Kota atau Kabupaten tersebut.

Aku Jawa, punya budaya tersendiri dan tugasku kini melestarikannya.

Aku Sunda, punya budaya tersendiri dan tugasku kini melestarikannya.

Aku Batak, punya budaya tersendiri dan tugasku kini melestarikannya.

Aku Betawi, punya budaya tersendiri dan tugasku kini melestarikannya.

Aku Padang, Aku Ambon, Aku Irian, dan lain-lainnya lagi, punya budaya tersendiri, dan tugasku kini melestarikannya.

Siapa lagi kalau bukan kita? Mungkinkah orang-orang diluar sana akan menjaga dan melestarikannya?
siapa lagi kalau bukan kita? Mungkinkah orang-orang diluar sana akan membanggakannya?
Siapa lagi kalau bukan kita? Mungkinkah orang-orang diluar sana akan mempersatukan perbedaan Indonesia Kita.

Perlu kita ketahui, bahwa perbedaan di Indonesia ini merupakan kehendak Tuhan. Bahasa apapun yang ada itu juga merupakan Bahasa Tuhan.

Mari kita jaga dan lestarikan bersama. Bhineka Tunggal Ika.

Sekali lagi Maaf, "JANGAN PANGGIL SAYA AKHY"

________________
#OPINI TERKINI
#ANGKRINGAN KATA
#JANGAN PANGGIL SAYA AKHY

~ Sang Bayang ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamis, 29 Maret 2018. JAMUNA. MBAH MUNIF ZUHRI. Girikusumo. Mranggen. Demak.

KISAH NYATA: BANG TATTO. Dikisahkan oleh Mbah Munif Zuhri Girikusumo

Kamis. 1 Februari 2018. JAMUNA. Girikusumo. Mranggen. Demak. Mbah Munif Zuhri.