CINTA PRODUK GAGAL

Kamu datang bukan untuk dibandingkan pun kubandingkan.
tapi,. saat tak sengaja ada adegan yang sama dengan yang kualami saat dengannya dulu, terulang dengaanmu saat ini,. secara otomatis tanpa ada instruksi alam fikir ini terus saja membandingkan.

kamu ingat kan?
Saat kamu beritahu aku tentang apa yang ayahmu ingini dari calon imammu kelak?
pendahulumu juga sama,.
Dia begitu berantusias, memberitahuku secara detail tentang keinginan ayahnya buat calon imamnya kelak.

Dia begitu yakin,. bahwa akulah orang yang tepat menurutnya saat itu.
Dia begitu yakin ayahnya akan setuju jika aku calon imamnya.

Masih ingat betul saat itu,. Canda tawa sore kami bersama di kawasan kolam renang biasa kita jumpa tiap senja,. saling tukar puisi,. gantian membaca puisi,. serta saat dia sampaikan keinginan ayahnya,. dia bilang padaku bahwa ayahnya inginkan calon mantu yang bisa ngaji, bent iso ngurip-ngurip masjid,. masjid yang kebetulan dalam proses pembangunan saat kami masih bersama.
Dia yakin, bahwa akulah orangnya, orang yang menurut dia sesuai dengan yang ayahnya ingini.

Begitu semangat saat itu, mendengar kabar cukup gembira dari orang yang dicinta.
Diri ini pun bersikeras untuk terus berbenah, agar diri ini memang benar-benar pribadi yang baik, sesuai apa yang dipikirkannya.

"Sayang,. takdirnya dan takdirku belum ditakdirkanNya untuk menjalani takdir bersama."

*****

Mungkin dia lupa,. akan kisah indah kita dulu saat bersama, dengan alasan aku seorang perokok, orang tak punya, fisik yang tidak ideal, restu orangtua yang tak didapat, serta pertentangan saudaranya akan hubungan kita.

Bukan apa-apa aku mengungkit kisahku tentangnya kepadamu,. aku hanya ingin saja mendokumentasikan semua kisahku dalam kata yang sumbang ini,.

"Kamu tidak apa-apa kan?"

Mari lanjuut berceritanya, tentangnya saat bersamaku.
Aku masih ingat betul saat itu,. saat dia terus memaksa ingin segera kita bertemu,. katanya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.

Saat itu, hari Minggu,.
sekitar jam 14.00 wib.

Suara motornya yang khas, iya suara motor jupiter. Terdengar dari halaman rumahku, sebenarnya malas saat itu untuk bertemu, karena feelingku akan ada kabar yang tidak enak darinya. Meski aku sangat siap saat itu dengan kabar terburuk di antara kami.

*****

"Aku hanya merasa kasihan terhadapnya nanti."

Seperti biasa,. dandanan khasnya, memanyunkan bibir tipisnya sambil senyum enggak jelas ala dia, dan terus berjalan menghampiriku yang keberadaanku masih di dalam rumah.

Hemmm…
Ekspresinya saat itu agak berbeda, biasanya akan ada tawa darinya, saat itu tidak ada.
Benar saja maksud kedatangannya kerumahku, dia ingin membicarakan sesuatu yang agak penting bagi kelanjutan hubungan kami.

Mungkin karena dia tidak tega, untuk membicarakannya dirumahku, pikirnya nanti akan ada emosi yang berlebihan terjadi padaku, maka dia putuskan untuk mengajakku kesuatu tempat.

Celana pendek dan jaket darinya kukenakan saat itu. Sebelum kami benar-benar beranjak dari rumah, sedikit kata pengantar dia tanyakan kepadaku,

“Yank, apa pendapatmu tentang selingkuh?” tanyanya agak serius setelah hampir beberapa menit kita saling diam semenjak dia masuk rumah dan duduk dikursi dekat pintu.

Dia ceritakan banyak kisah tentannya, yang dia anonimkan sebagai temannya.

"Temanku si A sedang selingkuh dengan si B karena pacarnya si C sudah tidak perhatian lagi." dia sampaikan dengan sangat serius dan berharap aku akan percaya bahwa kisah itu adalah kisah temannya.

Meski aku juga tahu bahwa itu merupakan kisahnya. Dan si C itulah posisiku dalam kisahnya barusan.
Haha,. ku coba pura-pura percaya akan cerita derita perselingkuhan yang dialami temannya barusan.

*****

Setelah itu (cerita pengantar), kita pamit, dan karena hari itu hari minggu tentu rumah sangat lengkap dengan anggota keluargaku, pamitan kami yang pertama tentu kepada Ibuku, lanjut Bapakku, sambung Mbakku, terakhir Adikku sebelum akhirnya sampai pamitan ke keponkanku.

Prosesi pamit-pamitan selesai, kita lanjut cari tempat ngobrol, sialnya keribetan kami mulai muncul lagi. Karena seperti biasa saat kita masih dalam hubungan yang baik-baik saja (belum ada pihak ketiga maksudnya),. Hee..

Sekedar informasi untukmu, kebiasaan kita dulu yaitu, tidak adanya tempat tujuan, jadi kita setiap kali keluar berdua sangat sering sekali hanya menelusuri jalanan sambil ngobrol. Sekiranya sudah capek, baru berhenti cari makan.

Pertemuan kita kala itu juga sama, tak ada satupun refrensi tempat saat itu untuk kami jadikan tempat ngobrol.

“Rumah.e jesika?” kataku coba usul kepadanya.

“Jangan,. ” jawabnya.

“Lha dimana?”

“Sembarang, penting ojo omah.e Jesika”

"Pantai Marina? Usulanku yang kedua untuknya.

"Duh, Jangan. Jauh yank" Jawabnya sembari memberi alasan.

"Hemm,. Ya udah yok jajan Es Gempol dulu" ajakku karena memang saat itu kita sedang melintasi pedagang es gempol langganan kami.

"Asiiik, Tau ja kalau lagi pengen es yank" Jawaban sederhana darinya yang begitu menentramkan jiwa.

Entah, kebetulan atau memang sudah ada ikatan batin yang sangat liar biasa, iya liar biasa (Anda semua tidak salah baca dan saya pun tidak typo menulisnya, sekali lagi liar biasa bukan luar biasa). Karena entah apa yang terucap dariku saat masih bersamanya hampit tidak pernah meleset, makanya jawaban, seperti:

"Tau aja yank?"

"Duuh ngertinan iwg"

"Kok bisa tahu dikasih tahu siapa yank?"

"Hayo, punya mata-maya ya yank?"

Sering sekali dia sampaikan kepadaku, saat aku coba sampaikan prediksi-prediksi liar dalam pikiranku, yang ternyata benar dia mengalaminya.

*****

Selesai jajan es gempol.

Jangan bayangkan kita minum es gempol semangkuk berdua, kita tidak pernah melakukannya, kalau saling suap iya.

Karena saat itu kami masih berada di daerah Tlogosari.
Tanpa pikir panjang dengan keadaanku yang mulai sudah tidak sabar akan kabar yang akan disampaikannya, kucoba ajukan usulan tempat ketigaku padanya.

"Ning Masjid Agung pie?"

"Manut yank" Jawabnya singkat sekali.

*****

Langsung saja, ku pacu kuda besinya menuju ke arah Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

"Tempat inilah saksi bisu berakhirnya hubunganku dengannya dan sekaligus menjadi tempat dibertemukannya denganmu"

*****

Di sini kami mulai mengobrol.
Tempat yang tidak begitu jauh dari kami memarkir sepeda motor, di bawah pohon yang rindang, berhembus angin spoi-spoi suasana sore hari nan indah untuk kisah yang tidak begitu indah. Terlihat juga pasukan kecil baju putih-putih, dengan belakang baju yang bertuliskan TAEKWONDO. segerombolan anak-anak yang sedang berlatih rutin kelihatannya.

opo sing tak obrolke? Yuk simak.

*****

"Yank, boleh pinjam Hpnya?" Tanyanya mendadak yang tidak begitu aku sukai, tapi terus saja dilakukannya tiap kita bertemu.

"Bentar" sambil mengambil HP di saku celanaku.

"Ini, mana punyamu" Tambahku, sembari mengulurkan genggaman HPku untuknya.

Saling cek isi ponsel ternyata masih saja kita lakukan, karena kami waktu itu masih menjadi penganut tradisi pengecekan HP. Tujuannya sih, biar bisa mantau dengan siapa saja masing-masing di antara kita saling berkomunikasi selain dengan kita berdua tentunya.

Keliahatannya di antara kita lagi belum beruntung. Pasalnya masih ada beberapa pesan di HPku dari seorang kenalan wanitaku baru-baru ini. Tak berapa lama dari ponsel yang ku genggam, yang tentu itu kepunyaannya berdiring nada SMS, kucoba cek dan sebisa mungkin dia harus tidak menyadari datangnya pesan masuk di ponsel yang barusan saling kita tukar, oh Nomor tanpa nama ternyata, menanyakan kabarnya. Sengaja tak ku balas pesan tersebut. Lima menit kemudian. Si nomer tanpa nama tersebut menelfon. Lagi-lagi kubiarkan saja (kali ini nada di ponselnya sudah kusetting untuk mode silent, tantu agar tidak mengganggu obrolan kita sore itu).

"Gimana yank KKNnya?" tanyanya padaku basa-basi membuka obrolan.

"Hee,. Ya gitu, seru. Pengen nambah. Bentar banget ternyata 45 hari. Hehe" Jawabku sesingkat mungkin tapi harus mewakili keseharianku selama KKN tersebut.

"Kalau kamu gimana prakteknya?" tanyaku balik kepadanya yang memang dia juga baru praktek di Rumah Sakit Daerah, wilayah Demak.

"Ya, gitu kamu tahu sendiri kan, Rumah Sakitnya jauh dari tempat fotokopian, jadi agak repot kalau mau buat laporan, buat askep, jurnal, dll" Jelasnya

Kebetulan aku memang pernah menjenguknya, mengantarkannya membuat tugas, mencari warnet, tempat fotokopian dll. Apa yang dia bilang pun memang benar apa adanya.

*****

Lanjuut -->>

"Sudah, berhenti, jangan dilanjut lagi" katamu begitu mendadak, ditengah-tengah asyiknya aku bercerita tentangnya kepadamu.

"Kenapa tidak boleh di lanjut? Tanyaku

Hening... Diaam... Tenaaang.

*****

Jika boleh membandingkan.
Apa yang dikatakannya dan apa yang kamu katakan. Jelas itu sama.
Dia bilang, ayahnya inginkan sesorang yang bisa menghidupkan masjid, karena kebetulan saat itu memang depan rumahnya sedang dalam proses pembangunan Masjid.

Kamu, juga bilang. Ayahmu inginkan seseorang yang bisa mengaji. Biar bisa meneruskan aktifitas ayahmu yang ternyata seorang imam Masjid di samping Masjid rumahmu. Kamu mencoba meyakinkan aku juga bahwa akulah orang yang kamu tuju itu.

Jika boleh membandingkan.
Apa yang dikataknnya dan apa yang kamu katakan. Jelas sama.
Dia pernah berkata akan selalu setia padaku apapun yang terjadi. Pernah juga dia tawarkan iming-iming yang  seharusnya tidak boleh ditawarkan oleh wanita manapun, sebagai bukti kesetiannya.

Kamu juga sama. Bilang berkali-kali. Bahwa akan selalu setia.

Tiada yang tidak mungkin bagi DIA. Mengirimkan dua orang yang berbeda dengan kisah yang sama diwaktu yang berbeda.

Apakah DIA juga jatuh cinta? TIDAK! karena DIA adalah CINTA.

_______

BEBERAPA BULAN KEMUDIAN

Aku. Dipertemukan dengan seorang Santri.

Kamu. Dipertemukan dengan seseorang kembali yang namanya hampir sama dengan namaku.

Dia. Dipertemukan dengan orang yang seprofesi dengannya (Perawat).

DIA. Penyebab saling bertemunya kita.

_______
CINTA PRODUK GAGAL
#Eps.1 .TAMAT
~ Sang Bayang ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamis, 29 Maret 2018. JAMUNA. MBAH MUNIF ZUHRI. Girikusumo. Mranggen. Demak.

KISAH NYATA: BANG TATTO. Dikisahkan oleh Mbah Munif Zuhri Girikusumo

Kamis. 1 Februari 2018. JAMUNA. Girikusumo. Mranggen. Demak. Mbah Munif Zuhri.