Habib Muhammad bin Farid Al Muthohhar.Jumat, 5 Januari 2018.Masjid Agung Kabupaten Jepara.

"Kitab khosooisul Ummatil Muhammadiyah"
(Keutamaan Umat Nabi Muhammad Saw)
Karya: Sayyid Muhammad Alawi bin Abas Al-Maliki Al-maki Al-Hasani.
_______________________

     [Keutamaan Umat Muhammad saw], Mungkin ketika mendengar judul kitab yang dikarang oleh salah satu ulama Sunni ini, yang terlintas dibenak kita, kenapa Umat Nabi Muhammad saja?

     Selain itu akan muncul pula sebuah pertanyaan besar, apa yang membuat Umat Muhammad saw, memiliki keutamaan? dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.

     Betul sekali, bahwa kitab ini hendak menyingkap dan menjawab berbagai pertanyaan senada dengan pertanyaan diatas tersebut.

     Lantas, apa isi dari kitab Khosooisul Ummatil Muhammadiyah tersebut? berikut ini akan kami jelaskan secara singkat.

     Sesuai dengan judulnya, kitab ini hendak membuka pemahaman para pembacanya, tentang keistimewaan Umat Rasulullah saw. dibandingkan umat-umat terdahulu.

     Pada bagian Mukaddimah, beliau membarikan dua kaidah penting, yang menurut saya menjadi dasar utama dalam penulisan kitab ini.

1. Kaidah Pertama
     Umat Muhammad memiliki keistimewaan yang memang tidak dimiliki umat yang lain.

2. Kaidah Kedua
     Umat Rasulullah saw. Memiliki keistimewaan yang mungkin dimiliki oleh umat lain, namun tetap saja keistimewaan umat Rasulullah saw. melebihi yang lain.

     Maka bisa disimpulkan dalam kitab ini dijelaskan berbagai maca ajaran Islam yang disyariatkan pada umat Muhammad saw. yang memiliki keitimewaan dan keutamaan. 

     Contoh - Contoh Keistimewaan dan Keutamaan Umat Rasulullah saw.

     Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki Al-Maki Al-Hasani, memberikan berbagai macam contoh agar para pembaca dapat memahaminya. misalnya :

     1. Menghilagkan intimidasi terhadap perempuan yang sedang datang bulan.

     Dahulu, ketika terdapat seroang wanita dari kalangan zaman dulu (sebelum umat Nabi Muhammad) mereka memindahkan kedalam sebuah tempat sendirian, dan tidak memberikan nafkah.

     Hal ini tidak berlaku bagi umat Rasulullah saw. Bahkan dalam hadith yang sudah masyhur, Rasulullah Saw. Justru memerintahkan kita untuk tetap bergaul dengan wanita / istri kita yang sedang datang bulan, kecuali meniduri bersamanya itu tidak diperbolehkan sampai saat ini.

     Dan masih banyak lagi contoh yang dapat kita ambil pemahaman, bahwa Umat Rasulullah Saw. memang memiliki keistimewaan dibandingkan umat yang lain.

____________________

     Dan pada kesempatan Jumat malam ini, tanggal 5 Januari 2018. Bertempat di Masjid Agung Kabupaten Jepara dalam Acara Rutinan setiap selapan sekali bersama para Ahbabul Musthofa Jepara.

     Habib Muhammad selaku pengampu Kajian Kitab khosoisul Ummatil Muhammadiyah, akan  melanjutkan Kajiannya. Dimana kajian pada malam ini selanjutnya yaitu Keistimewaan Umat Nabi Muhammad tentang Umatnya yang di jadikan sebagai umat yang berada di tengah-tengah (Ja'alahum Ummatan Wasathon).

1. Dimana pengertian tentang umat yang berada ditengah-tengah (Ja'alahum Ummatan Wasathan) itu adalah sebagai berikut:

Q.S Al-Baqarah : 143

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya:
     "Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) \"umat pertengahan\" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia" (143).

     Dalam ayat tersebut terdapat istilah ummatan wasathan. Kata wasath berarti tengah, pertengahan, moderat, jalan tengah, seimbang antara dua kutub atau dua ekstrim (kanan dan kiri).

Contoh: -Mudah tapi tidak nggampangke.
-Mudah tapi tidak menyulitkan.
-Tidak Boros dan juga tidak pelit.
-Tidak berlebih-lebihan dan juga tidak kekurangan.
   
     Semuanya dilakukan secara seimbang, proporsional, dan adil, tidak berat sebelah, dan tidak zhalim. Menurut Ibn Faris, wasath itu menunjukkan arti adil dan pertengahan.

     Kita sebagai umat Islam, tetap menghormati orang-orang yang berbeda dengan agama kita. Kita tetap boleh saling bantu-membantu dalam hal muamalah, dalam hal sosial, dalam hal kemanusian. Tapi jangan sampai mencampur adukan agama atas nama toleransi maupun atas nama moderat.

     Makna inilah yang dikehendaki ayat 143 surat al-Baqarah tersebut. Sedangkan menurut al-Zubaidi, wasath itu artinya yang paling utama (afdhal) dan pilihan. Demikian pula pendapat Ibn Manzhur dan Fairuzzabadi, wasath berarti paling adil (a’daluhu).

     Ketika menafsirkan ayat Ummatan wasathan tersebut, at-Thabari mengartikannya sebagai udulan (umat yang adil) dan khiyar (pilihan).

     Umat pilihan adalah umat yang berlaku adil. Ibn Katsir juga menyatakan yang dimaksud ayat 143 al-Baqarah tersebut adalah al-khiyar wa al-ajwad (pilihan dan yang terbaik).

     Menurut hadits riwayat al-Bukhari dan Ahmad, ayat tersebut turun berkaitan dengan sabda Nabi Saw yang artinya:
“Di hari kiamat kelak Nabi Nuh As. akan dipanggil (Allah) lalu ditanya: “Apakah Engkau telah menyampaikan (wahyu)?
 Ia lalu menjawab: ya, sudah.
 Kaumnya lalu dipanggil dan ditanya:
“Apakah dia (Nuh) telah menyampaikan kepada kalian?
 Mereka menjawab: “Tidak seorang pemberi peringatan pun datang kepada kami.
 Lalu Nuh ditanya lagi, “Siapa yang bersaksi kepadamu?"
 Ia menjawab: “Muhammad dan ummatnya”, lalu turunlah ayat tersebut.
__________
2. Kisah perpindahan Arah Qiblat sholat di zaman Nabi Muhammad Saw.

     Nabi Muhammad Saw, dulu ketika masih berada di Mekah (sebelum Hijrah). Ketika sholat menghadap qiblat ke Kakbah ikut dengan qiblatnya Nabi Ibrohim. Dan ketika baru-baru hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad menerima Wahyu untuk menghadap qiblat ke Baitul Maqdis. Dengan tujuan untuk menarik hati orang-orang Yahudi yang saat itu fanatik sekali dengan Baitul Maqdis.

     Nabi Muhammad menghadap qiblat ke Baitul Maqdis itu sekitar selama 16 atau 17 bulan. Dan hal itu ternyata tidak menarik hati orang-orang yahudi, sedangkan Nabi Muhammad sendiri sebenarnya masih senang untuk menghadap qiblat ke Kakbah. Karena, kakbah itu selain memang qiblat leluhurnya (Nabi Ibrohim), nabi Muhammad juga berpendapat jika menghadap kiblat ke Kakbah lebih bisa menarik kepada Islamnya orang-orang Arab

     Sangking kepinginnya Nabi di kembalikan lagi qiblatnya untuk menghadap ke Kakbah lagi, Nabi Muhammad sampai sering menghadap melihat ke langit yang menunjukan sangat berharap turunnya Wahyu. Tidak berapa lama, Wahyu untuk pindah qiblat ke kakbah lagi pun turun juga, setelah kurang lebih 16 atau 17 bulan menghadap kiblat ke Baitul Maqdis.

     Nabi Muhammad menerima Wahyu yang intinya:
Supaya nabi Muhammad beserta umatnya untuk menghadap kiblat ke kakbah lagi.

     Ketika itu omongan-omongan orang-orang yahudi dan orang-orang musrik langsung ramai:
"Apa itu? Orang menghadap kiblat kok pindah-pindah? Sebentar menghadap kakbah, sebentar menghadap Baitul Maqdis, sebentar menghadap Kakbah lagi?"

     Mendengar omongan-omongan seperti itu tadi, Nabi Muhammad merasa tidak enak, tapi tidak begitu seberapa. Sebab, sebelumnya Nabi Muhammad sudah menerima Wahyu yang intinya:
"Orang-orang bodoh, dari orang yahudi dan orang-orang musyrik semua pasti akan mencela Nabi Muhammad karena perpindahan arah kiblat tersebut. Orang-orang yang bodoh tidak mengetahui kalau sebenarnya Arah Timur, arah Barat, itu semua milik Allah Swt. Ke arah mana saja Nabi Muhammad menghadap, itu sejatinya cuma menghadap kepada Allah Swt".

     Dan adapun adanya perintah dari Allah untuk menghadap ke Baitul Maqdis ataupun menghadap ke Kakbah itu, mempunyai tujuan tertentu yaitu untuk mempersatukan arah kiblatnya seluruh umat Islam. Sehingga tidak hanya arah qiblatnya saja yang sama, akan tetapi juga untuk mempersatukan menghadapnya hati kepada Allah supaya juga bersatu.

_____________
3. Allah mensifati para sahabat Nabi dalam Alquran.
-Asshidaaq,
Para sahabat sangat tegas dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah .

Allah tidak melarang orang Islam untuk berbuat adil kepada orang-orang selain agama Islam.

4. Aizzatin alal muslimin, La Aizzatin alal musyrikiin.

5. Hati-hati di zaman sekarang ini, di zaman yang penuh berita Hoax ini, di zaman yang mengatasnamakan toleransi tapi mencoba menghancurkan agama Islam,dan lain sebagainya. Semoga kita bisa khusnul khotimah. Aamiin..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamis, 29 Maret 2018. JAMUNA. MBAH MUNIF ZUHRI. Girikusumo. Mranggen. Demak.

KISAH NYATA: BANG TATTO. Dikisahkan oleh Mbah Munif Zuhri Girikusumo

Kamis. 1 Februari 2018. JAMUNA. Girikusumo. Mranggen. Demak. Mbah Munif Zuhri.